KOMPONEN HASIL KACANG HIJAU Vigna radiata L : Tanaman Perkebunan

 Khasiat Kacang Hijau untuk Penderita Hipertensi Sungguh Menakjubkan

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. 2

DAFTAR ISI. 3

BAB I PENDAHULUAN.. 4

1.1      Latar Belakang. 4

1.2      Rumusan Masalah. 4

1.3      Tujuan. 4

BAB II PEMBAHASAN.. 6

2.1      Komponen hasil kacang hijau. 6

BAB III PENUTUP. 11

3.1      Kesimpulan. 11

3.2      Saran. 11

DAFTAR PUSTAKA.. 12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kacang hijau [Vigna radiata (L.) Wilczek] merupakan komoditas kacang-kacangan yang menduduki urutan ketiga terpenting setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau dapat ditanam di lahan sawah maupun lahan kering. Pada lahan sawah tanpa irigasi, kacang hijau biasa ditanam dengan pola tanam padi-padi-kacang hijau.

Dengan pola tanam demikian, kacang hijau rentan terhadap kekeringan dan serangan hama penyakit. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh cekaman kekeringan mencapai 63% pada kadar lengas tanah 40%.

1.2  Rumusan Masalah

Dari latar belakang menunjukkan bahwa rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana komponen hasil kacang hijau ?

2.      Bagaimana cara mengetahui setiap komponen hasil kacang hijau ?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui komponen hasil kacang hijau

2.      Untuk mengetahui cara dari setiap komponen kacang hijau.


1.4    

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Komponen hasil kacang hijau

1.       Tinggi Tanaman

Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman diujur dari leher akar hingga titik tumbuh atau diatas permukaan 5 cm hingga ke ujung daun titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran pada saat panen, dan dilakukan pada saat akhir penelitian.

2.       Jumlah cabang Produktif

Jumlah cabang Produktif, Perhitungan jumlah cabang produktif dilakukan dengan cara menghitung cabang yang berbuah pada setiap tanaman sampel. Perhitungan dilakukan pada saat panen.

3.       Umur berbunga

Perhitungan umur berbunga dilakukan dengan cara mengamati waktu keluarnya bunga setiap tanaman sampel. Penentuan umur berbunga dilakukan apa bila dari jumlah tanaman sampel telah berbunga.Perhitungan jumlah polong bernas dilakukan dengan cara menghitung polong yang menghasilkan biji pada setiap tanaman sampel yang dilakukan setelah panen.

4.       Jumlah polong per tanaman

Panen polong kacang hijau dilakukan berdasarkan umur tanaman yaitu 60 hari setelah tanam. Tamanam kacang hijau siap panen memiliki ciri daun tanamn berwarna kecoklatan, polong berwarna coklat kehitaman, polong 70 % telah terisi sempurna. Pemanenan dilakukan sebanyak 2 kali.

Polong kacang hijau menyebar dan menggantung berbentuk silindris dengan panjang antara 6 – 15 cm dan biasanya berbulu pendek dan sering kali lurus panjangnya mencapai 15 cm,. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10 – 15 biji.

Jumlah polong per tanaman menunjukan hasil tinggi pada perlakuan penyiangan 2 dan 4 mst dengan dosis P 90 P2O5 ha-1 yaitu 11,71 meskipun tidak berbeda nyata dengan penyiangan yang sama namun pada dosis P 135 P2O5 ha-1 (9,43) dan penyiangan 2 mst dengan dosis 45 dan 90 P2O5 ha-1 masing-masing 9,25 dan 9,90. Jumlah polong per tanaman diamati dengan menghitung jumlah polong per tanaman selama 1 bulan masa panen.

5.       Jumlah biji per polong

    Jumlah biji per polong diamati dengan menghitung jumlah biji per

polong. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan masa panen

6.       Jumlah polong hampa (buah)

Pengamatan bobot polong hampa dilakukan dengan menimbang bobot polong yang tidak berisi dari tiga sampel tanaman kacang hijau. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

7.       Panjang polong

  Panjang per polong diamati dengan mengukur panjang per polong (cm), pada saat panen. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal sampai ujung polong menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan masa panen.

8.       Berat per polong (g)

   Berat per polong diamati dengan menimbang berat polong (g) menggunakan timbangan analitik, kemudian total berat polong dibagi dengan jumlah polong. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan masa panen.

9.       Berat polong per tanaman (g)

Berat polong per tanaman diamati dengan menimbang berat polong per tanaman (g) menggunakan timbangan analitik. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan masa panen.

10.   Bobot basah polong

Pengamatan bobot basah polong tanaman dilakukan dengan menimbang bobot polong dari tiga tanaman sampel tanaman kacang hijau setiap kali panen (8−12 MST) yang ditandai dengan menghitamnya warna polong. Pengamatan dilakukan dsalam satuan gram.

11.   Bobot kering polong

Pengamatan bobot kering polong dilakukan dengan menimbang bobot basah polong yang telah dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70−80oC selama 2 x 24 jam sampai bobot konstan. Pengamatan dilakukan dalam satuan gram.

12.   Berat biji kering

Hal ini disebabkan karena adanya hubungan saling mendukung antara pemberian pupuk kandang ayam dan volume air yang diberikan mampu meningkatkan kesuburan tanah sehingga unsur hara yang tersedia mampu diserap tanaman secara optimal untuk proses fisiologi dan metabolismenya.

faktor tunggal volume air berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per tanaman Pemberian air dengan volume yang berbeda menghasilkan berat biji kering per tanamankacang hijau berbeda tidak nyata.

Berat biji tanaman kacang hijau ditentukan oleh faktor genetik, praktek agronomi yang baik, dan kondisi lingkungan (Ali et al., 2010). Menurut Hidayat (2008), suplai fosfor dalam organ tanaman meningkatkan metabolisme dalam tanaman, terutama pada fase pengisian biji dapat meningkatkan berat biji.

Serangan pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis serta menyebabkan biji menjadi hitam (Bayu dan Tengkano, 2014). Serapan hara oleh tanaman berpengaruh pada berat hasil bijis.

Pengamatan bobot kering brangkasan dilakukan dengan menimbang bobot kering dari tiga sampel tanaman kacang hijau setelah pengamatan bobot basah brangkasan dengan menggunakan oven suhu 70−80 oC selama 2 x 24 jam hingga bobot konstan. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

13.   Berat 100 biji (gram)

Berat 100 biji menunjukkan seberapa besar ukuran biji yang dihasilkan. Dengan ukuran biji yang lebih besar akan menghasilkan berat 100 biji yang tinggi. Hal ini dikarenakan kemampuan tanaman untuk mentraslokasikan hasil asimilat kedalam biji akan mempengaruhi ukuran sehingga juga mempengaruhi berat 100 biji tanaman tersebut.

Berat 100 biji kering dihitung dengan cara menimbang berat biji kacang hijau yang diambil secara acak pada setiap kombinasi perlakuan yang diteliti. Penimbangan dilakukan setelah biji dikering sampai kadar air 15 % yang dilakukan pada akhir penelitian.Perhitungan jumlah produksi pertanaman dilakukan setelah panen dimana biji telah lepas dari polong dan dengan kadar air 15 %..

Apabila jumlah biji per tanaman sama tetapi  memiliki berat 1000 biji lebih tinggi maka hasil yang diperoleh akan lebih besar. Semakin berat bobot benih 1000 biji kemungkinan kecepatan kecambah benih semakin meningkat.

14.   Hasil biji per hektar

Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5 - 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g dan berwarna hijau.

15.   Hasil polong per hektar

Hasil polong per hektar diamati dengan menimbang berat polong per unit percobaan, lalu dikonversikan ke satuan hektar (ton/ha) dengan rumus sebagai berikut:

P: 10.000 m2  Hasil: P x B

a x b

Keterangan:

P: Populasi tanaman per hektar

a: Panjang jarak tanam

b: Lebar jarak tanam

 

 

16.   Produksi biji kacang hijau

Produksi biji kacang hijau diamati dengan menimbang biji kacang hijau yang telah dipanen pada petak panen pada kadar air 12% yang kemudian dikonversi dalam satuan kg/m2. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram. Rumus konversi kadar air 12% adalah sebagai berikut:

Bobot produksi per petak panen KA 12%= 100−KA terukur100−12 x Bobot panen.


BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Bahwa kesimpulan dari makalah ini adalah beberapa komponen hasil kacang hijau yaitu Jumlah cabang produktif, umur berbunga, Jumlah polong per tanaman, Jumlah polong hampa (buah), Berat per polong (g), Berat polong per tanaman (g), Bobot basah polong, Bobot kering polong, Berat biji kering, Berat 100 biji (gram), Hasil biji per hektar, Hasil polong per hektar, Produksi biji kacang hijau

3.2    Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami menerima saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini dan makalah-makalah yang akan dibuat selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. A., Abbas, G., Mohy-ud-Din, Q., Ullah, K., Abbas, G., & Aslam, M. 2010. Response of Mungbean (Vigna radiata) to phosphatic fertilizer under arid climate. Journal of Animal and Plant Sciences, 20(2), 83–86.

Bayu, M. S. Y. I., & Tengkano, W. 2014. Endemik Kepik Hijau Pucat, Piezodorus hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae) Dan Pengendaliannya. Buletin Palawija, 28(0), 73–83.

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Varietas Lokal Madura Pada Berbagai Jarak Tanam dan Pupuk Fosfor. Agrovivor, 1(1), 55–64.

Rukmana, R. 2006. Kacang hijau, budidaya dan pasca panen. Kanisius.Jogjakarta. 68p.

Comments

Popular posts from this blog

Motivasi Hidup dalam Terpuruk

LOGIKA

MINUMAN KLOROFIL