BUDIDAYA KACANG TANAH
KLASIFIKASI DAN BOTANI KACANG TANAH
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah dibawa dan disebarkan ke Benua Eropa, kemudian menyebar ke Benua Asia sampai ke Indonesia.
Klasifikasi tanaman kacang tanah dapat dilihat dibawah ini:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisio : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Subdivisio : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.
Tanaman kacang tanah termasuk dalam golongan tanaman leguminosa yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara melalui bintil akarnya. Kebutuhan hara nitrogen sebagian dipasok melalui fiksasi N dari udara menyebabkan penurunan
kebutuhan hara N yang dipasok dari pupuk, atau bahkan tidak merespon lagi apabila dilakukan pemupukan N. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk kedalam suku (family) Papiolionaceae dan genus Arachis yang berasal dari benua Amerika (Brazilia).
Tanaman kacang tanah mempunyai banyak nama daerah seperti kacang una,kacang jebrol, kacang bandung, kacang koli, kacang tuban, dan kacang bangkala, bahwa tanaman kacang tanah pada umumnya melakukan penyerbukan sendiri sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami).
Bunga tanaman kacang tanah yang terbentuk menjadi polong adalah bunga yang terbentuk pada sepuluh hari pertama dan bunga yang muncul berikutnya akan gugur sebelum menjadi ginofor. Ginofor tumbuh mengarah ke bawah dan masuk kedalam tanah sedalam 1-5 cm. Ginofor yang terbentuk cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal terbentuk polong. Polong yang terbentuk sangat bervariasi ada yang berisi hingga 4 biji tergantung pada varietas yang dugunakan.
Tanaman kacang tanah mempunyai dua fase pada pertumbuhannya yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Fase vegetatif dihitung sejak tanaman kacang tanah muncul dari dalam tanah atau sejak biji berkecambah hingga tajuk mencapai maksimum. Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek dengan lama penyinaran ± 12 jam per hari. Fase generatif atau reprodukif dinyatakan sejak waktu tanam berbunga hingga perkembangan polong, perkembangan biji, dan pada saat matang.
Kacang tanah memiliki daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah, yaitu pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada umumnya tanaman kacang tanah cocok ditanam pada tanah yang ber pH 6,5‒7,0. Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Suhu, cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan dan perkembangbiakan kacang tanah, yang berpengaruh pada komponen hasil. Intensitas cahaya yang rendah mengurangi jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong.
Kacang tanah tumbuh dengan baik jika ditanam di lahan ringan yang cukup mengandung unsur hara, gembur dan pH 5,0 – 6,3, kacang tanah dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-500 m di atas permukaan laut (dpl) dan curah hujan waktu tanam selama dua bulan pertama yang baik ialah 150-250 mm/bulan dan suhu udara antara 250 C – 300 C dengan penyinaran penuh.
BUDIDAYA KACANG TANAH
1. Pola Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman sering disebut juga rotasi tanaman. Tahap ini perlu direncanakan sebelum budidaya tanaman kacang dilakukan, untuk mengurangi hama dan penyakit
Khusus tanaman Solanaceae (cabai, tomat, terong, kentang) kurang baik ditanami kacang tanah, karena menimbulkan penyakit layu (Pseudomonas solanacearum). Berikut pola rotasi tanaman di beberapa jenis lahan:
1. Lahan sawah berpengairan
Di lahan ini, kacang tanah sebaiknya ditanam setelah tanaman utama. Penanaman dilakukan pada awal atau akhir musim kemarau. Pola tanamnya sebagai berikut:
a. Padi—padi—kacang tanah
b. Padi—kacang tanah—jagung/bero
c. Tebu—kacang tanah
2. Lahan kering tadah hujan
Penanaman dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan. Pola tanamnya sebagai berikut:
a. Kacang tanah—jagung/kedelai
b. Padi gogo—kacang tanah
c. Kacang tanah—kacang tanah
2. Pemilihan Varietas
Kerugian yang sering dialami petani ialah salah dalam memilih benih dengan berbagai macam varietas yang ada. Jika mau melakukan budidaya kacang tanah, pastikan sifat varietas tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Produktivitasnya tinggi
b. Kualitas produktivitas bagus
c. Tahan terhadap hama dan penyakit
d. Umur genjah
3. Pengolahan Tanah
Tanah sisa tanaman padi atau lainnya harus diolah kembali, agar tanah selalu gembur, kelembaban cukup, dan peredaran udaranya baik.
Sisa- sisa tanaman yang ada harus dibabat, lalu dibenamkan ke dalam tanah dengan membalikkan permukaan tanah. Paling penting juga keadaan drainase tanah harus selalu diperhatikan, agar air bisa meresap dengan lancar.
4. Cara Penanaman
Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dengan jarak tanam yaitu (40 x 15) cm atau (30 x 20) cm. Sedangkah pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu dengan jarak tanam (40 x 10) cm, atau (20 x 20) cm.
Lubang tanamnya sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Setiap lubang diisi 1-2 biji kacang tanah, lalu ditutup dengan tanah yang halus.
5. Pemeliharaan
1. Pengairan
Kacang tanah meruapakan tanaman yang banyak membutuhkan air lebih banyak daripada jenis kacang lainnya. Lingkungan lembab diperlukan sejak saat tanam sampai dua minggu sebelum panen.
Apalagi saat fase perkecambahan, pembungaan dan pengisian polong. Jika tidak ada hujan, air irigasi sangat dianjurkan.
2. Penyiangan
Pembersihan dari tanaman pengganggu harus rutin dilakukan, karena tanaman kacang tanah sangat sensitif terhadap persaingan. Jenis gulma dan rerumputan sebaiknya dibersihkan.
Selain itu, bersamaan dengan penyiangan dilakukan penggemburan tanah di antara barisan tanaman. Penggemburan tanah bertujuan agar bakal buah mudah masuk ke dalam tanah.
3. Pemupukan
Tahap ini paling utama, agar budidaya kacang tanah dapat menghasilkan produksi yang melimpah.
Pemupukan memegang peran penting, karena pupuk mengandung hara yang dapat menambah kesuburan tanah dan memperbaiki nutrisi tanaman. Untuk kacang tanah, pupuk yang banyak dipakai adalah pupuk Nitrogen (N), Fosfat (P) dan Kalium (K).
4. Pembasmian hama dan penyakit
Salah satu peneyebab rendahnya produktivitas dalam budidaya kacang tanah adalah karena adanya serangan hama dan penyakit.
Biasanya yang sering diserang tanaman ini yaitu pada bagian perakaran, buah/polong dan daunnya. Oleh karena itu, pentingnya mempelajari gejala dan cara pembasmiannya.
BAB III
HAMA DAN PENYAKIT KACANG TANAH
1. Hama
a. Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Ulat tanah bersifat polifag (memakan segala jenis tanaman) dan aktif pada senja atau malam hari. Hama ini akan menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, memakan akar, batang bagian bawah, dan potong sehingga tanaman layu, terkulai, roboh, dan akhirnya mati.
Pengendalian terhadap hama ini sebagai berikut:
1. Sanitasi lahan dengan cara membersihkan gulma dan sisa tanaman yang terserang yang dapat menjadi inang.
2. Telur dan ulat dikumpulkan dan dibakar atau dimusnahkan.
3. Pengolahan lahan secara sempurna (maksimum) sebelum tanam.
4. Penyemprotan menggunakan pestisida yang dianjurkan seperti Dursban 20 EC jika serangan tidak dapat dikendalikan.
b. Ulat pengorok daun, Biloba (Stomopteryx subsecivella)
Gejala serangan hama ini ditunjukkan oleh adanya terowongan diantara lapisan epidermis atas dan bawah daun. Penyerangan dilakukan selama pertumbuhan vegetatif dan generatif. Daun yang terserang hama ini kadang-kadang menggulung untuk persembunyian dan berkepompong. Bekas korokannya berupa gelembung cokelat muda di daun.
Pengendalian hama ini sebagai berikut:
1) Sanitasi bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.
2) Pembersihan gulma yang dapat menjadi inang.
3) Penyemprotan dengan insektisida sistemik, seperti Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S, atau Sevin 5D.
c. Ulat Grayak ( Spodoptera sp.)
Ulat grayak atau ulat daun termasuk pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangan ditandai dengan daun-daun yang terlihat berlubang-lubang dan tidak utuh. Serangan hama ini menyebabkan tanaman gundul karena daun habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada saat musim kemarau.
Pada siang hari hama ini tidak aktif dan bersembunyi di rerumputan di sekitar tanaman kacang tanah atau didalam tanah. Waktu penyerangan hama ini menjelang senja hari dan terus memuncak hingga malam hari.
Pengendalian hama ulat grayak sebagai berikut:
1) Sanitasi lahan dengan cara membersihkan gulma dan sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi.
2) Pemusnahan kelompok telur, larva atau pupa, dan bagian tanamn yang terserang.
3) Pengendalian
menggunakan perangkap feromonoid seks untuk ngengat spodoptera litura sebanyak
40 buah/ha atau 2 buah/500 . Pemasangan perangkap
dilakukan sejak tanaman berumur dua minggu.
4) Pemanfaatan musuh alami seperti patogen Spodoptera litura-Nuclear poyhedrosis virus, cendawan Aspergillus flavus, bakteri Bacillus thuringensis, dan parasitoid Apanteles sp.
5) Penyemprotan insektisida yang terdaftar, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat sasaran jika intensitas serangan hama meningkat.
d. Pengisap Daun (Empoasca sp.)
Dilihat dari gejala serangannya, hama ini mengisap cairan pucuk daun tanaman kacang tanah sehingga bagian pucuk dan seluruh daun akan mongering dan akhirnya mati.
Pengendalian hama pengisap daun sebagai berikut:
1) Penanaman kacang tanah hendaknya dilakukan secara serempak.
2) Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang buakan sefamili.
3) Penyemprotan insektisida kontak atau yang bersifat sistemik, seperti lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC, atau insektisida lain yang terdaftar.
e. Kumbang daun
Gejala serangan hama kumbang daun ditandai dengan daun-daun yang tampak berlubang. Serangan lebih lanjut hama ini menyebabkan daun tinggal tulangnya saja. Hama ini juga akan memakan pucuk bunga.
Pengendalian hama kumbang daun dapat dilakukan dengan cara berikut.
1) Penanaman kacang tanah sebaiknya dilakukan secara serentak.
2) Penyemprotan, misalnya menggunakan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 WP, dan Diazeno 60 EC.
2. Penyakit
a. Layu bakteri
Serangan penyakit layu bakteri ditandai seluruh tanamn layu secara mendadak. Jika batang dibelah, terlihat jaringan pada pembuluh, pangkal batang, dan akar yang berwarna kecokelatan. Jika dipotong melintang dan dicelupkan air bersih, cairan keruh terlihat keluar dari potongan batang atau akar tersebut. Cairan tersebut merupakan koloni bakteri yang menghambat transportasi air dari akar. Penyebab layu bakteri adalah Xanthomonas solanacearum. Bakteri ini bisa hidup lama dalam tanah. Serangan hebat penyakit layu bakteri terjadi pada saat temperature cukup tinggi.
Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:
1) Lahan penanaman sebaiknya bukan bekas tanaman yang sefamili karena bakteri ini mampu bertahan dalam tanah selama dua tahun.
2) Drainase lahan harus tersedia dengan baik untuk menghindari genangan.
3) Penanaman varietas kacang tanah yang resisten.
4) Sanitasi gulma dan tanaman yang terserang dengan cara dicabut kemudian dibakar.
5) Pengendalian secara kimiawi dengan menyemprotkan bakterisida, seperti Agrimycin 15/1, 5WP, atau Agrept 20 WP.
b. Penyakit karat
Gejala serangan penyakit karat ditandai dengan adanya bercak cokelat muda sampai cokelat tua pada daun. Daun yang terserang, kemudian mongering dan gugur. Serangan patogen ini menyebabkan produksi polong menurun dan kandungan minyak menjadi lebih rendah. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Puccinia arachidis.
Pengendalian terhadap penyakit karat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Penanaman varietas kacang tanah yang resisten terhadap penyakit ini.
2) Sanitasi tanaman yang terserang dan gulma yang dapat menjadi inang.
3) Penyemprotan fungisida yang terdaftar, seperti Baycor 300 dan Follcur 250 EC.
c. Penyakit bercak daun
Penyebab penyakit bercak daun ada dua, yaitu Cercospora personata dan Cercospora arachidichola. Serangan Cercospora personata ditandai dengan timbulnya bercak cokelat pada daun sebelah bawah,di tengah-tengah berwarna hitam, dan di sekeliling bercak terdapat suatu daerah yang berwarna kuning.
Serangan Cercospora arachidichola ditandai dengan timbulnya bercak pada permukaan bahwa dan atas daun, tidak ada bercak hitam di tengah, dan tidak ada daerah kuning di sekelilingnya. Kedua jamur ini biasanya menyerang pada saat tanaman menjelang panen. Oleh karena itu, banyak petani menganggap bahwa timbulnya serangan jamur tersebut menandakan saat panen hampir tiba.
Pengendalian terhadap penyakit bercak daun sebagai berikut:
1) Drainase lahan harus tersedia dengan baik untuk menghindari genangan.
2) Penanaman varietas kacang tanah yang resisten.
3) Sanitasi gulma dan tanamn yang terserang dengan cara dicabut kemudian dibakar.
4) Pengendalian secara kimiawi dengan menyemprotkan fungisida, seperti Benlox 50 WP, Golex 250 EC, Follcur 250 EC, Benlate, Dithane M-45 80 WP, Antracol 70 WP, BM Conzole 250 EC, dan fungisida lain yang terdaftar.
d. Penyakit busuk batang
Penyakit busuk batang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii. Jamur ini menyerang pangkal batang atau bagian tanaman yang lunak sehingga menyebabkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang terserang penyakit ini akan layu dan mati. Penyakit ini merusak tanaman terutama pada saat kondisi lahan lembap.
Pengendalian penyakit busuk batang sebagai berikut:
1) Pergiliran (rotasi) tanam dengan tanaman yang bukan sefamili.
2) Penanaman varietas kacang tanah yang resisten.
3) Sanitasi tanamn yang terserang kemudian membakarnya.
4) Penyemprotan menggunakan fungisida yang terdaftar.
e. penyakit virus mozaik
Tanaman kacang tanah yang terserang virus ini daunya belang-belang kuning hijau. Daun muda tumbuhnya kerdil dan melengkung ke atas. Virus ditularkan melalui perantara kutu daun atau wereng daun.
Pengendalian terhadap penyakit virus mozaik sebagai berikut:
1) sanitasi tanaman yang terserang dengan cara dicabut dan dibakar.
2) Penanaman varietas kacang tanah yang resisten.
3) Penyemprotan insektisida, seperti Lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Supraciden 40 EC, atau jenis yang bisa mengendalikan vektornya.
f. Penyakit gapong
Serangan penyakit gapong ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang kerdil, kaku, daun kekuningan, dan jika tanaman dicabut, akar serta polongnya sudah busuk.
Pengendalian terhadap penyakit gapong dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah maksimal.
2) Pengaturan drainase dan aerasi yang baik.
3) Penyemprotan pestisida DD (Dichloropane Dichloropene) dengan dosis 40-80 litr/ha.
g. Penyakit sapu
Gejala serangan yang timbul dari penyakit sapu, yaitu daun dan tunas tepi pada tanaman kacang tanah tumbuh lebih banyak daripada yang normal, tetapi ukurannya kecil mirip sapu. Ginofor (calon polong) yang akan masuk ke tanah tumbuhnya mengarah ke atas sehingga pembentukan polong galgal.
Pengendalian terhadap penyakit sapu sebagai berikut:
1) Memusnahkan tanaman yang terserang agar tidak menular pada tanaman gulma yang lain.
2) Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma-gulma di sekitar tanaman.
3) Menanggulangi vektornya agar penyakit tidak menyebar menggunakan penyemprotan insektisida.
PANEN DAN PASCAPANEN
Penanganan pascapanen kacang tanah meliputi panen yang dapat dilakukan pada tingkat kadar air masih tinggi (28-34%) atau ketika kadar air kacang tanah sudah cukup rendah (2024%), perontokan, pengeringan dan penyimpanan.
1. Panen
Pemanenan tanaman kacang tanah secara tepat sangat memerlukan kualitas bijinya. Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenis varietasnya, umumnya 85-110 hari setelah tanam. Akan tetapi, ketentuan umur ini belum bersifat pasti karena kelayakan pemanenan tidak hanya ditentukan oleh umur tanaman. Penentuan waktu panen hanya berdasrkan umur panen tanaman sering kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya, antara lain keadaan iklim setempat dari tanah.
Penentuan waktu panen kacang tanah dapat juga dilihat pada kondisi tanaman dan polong dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sebagian besar (80%) polong tua atau masak.
b. Kulit polong cukup keras dan berserat.
c. Bagian dalam kulit polong berwarna cokelat kehitaman
d. Rongga polong telah berisi penuh dengan biji.
e. Ujung polong mudah pecah jika ditekan.
Pemanenan kacang tanah sebaiknya dilakukan jika tanaman atau kacangnya memiliki ciri-ciri tersebut. Dengan demikian, hasil pemanenan bisa maksimal. Nilai jual kacang tanah yang diperoleh petani pun bisa lebih besar. Sebaliknya, jika pemanenan tanaman kacang tanah dilakukan tanpa memperhatikan wkatu dan kondisi kacang tanah, hasil pemanenan dan harga jualnya pun menjadi tidak maksimal.
Kadang ada petani yang menetukan waktu pemanenan dengan melihat daun kacang tanah. Cara ini kurang tepat. Daun yang telah mongering dan rontok bukan penanda tanamn siap dipanen.
Panen dilakukan dengan mencabut batang tanaman secar hati-hati agar polongnya tidak tertinggal dalam tanah. Sebaliknya menjelang panen tanaman dialiri air dahulu untuk memudahkan pencabutan tanaman. Selanjutnya, dilakukan pemetikan atau perontokan polong kacang tanah dari batangnya. Perontokan polong dapat dilakukan secara manual atau dengan tresher.
2. Pascapanen
Penanganan pascapanen juga harus dilakukan dengan baik agar kacang tanah tetap berkualitas dan tidak cepat rusak. Penangan pascapanen dapat dilakukakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penggolongan dan penyotiran
Polong kacang tanah yang telah dilepas atau dipetik dari batang tanaman dikumpulkan dan dibersihkan. Seleksi polong dilakukan dengan memisahkan antara polong tua dan polong muda . sorti polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.
b. Pengeringan
Polong kacang tanah sebaiknya segera dijemur, tidak perlu menunda hingga 24 jam karena polong dan biji kacang tanah bisa terinfeksi jamur. Jika cuaca tidak memungkinkan, lebih baik dijemur dalam kondisi polong belum dirontokkan. Pengeringan dilakukan terus-menerus hingga kadar air biji kacang tanah maksimal 10%, cirinya polong sangat ringan dan berbunyi jika digoyang-goyangkan. Untuk keprluan benih, penurunan kadar air sebaiknya tidak dilakukan secara cepat dan hindari penjemuran pada suhu tinggi.
c. Penyimpanan
Polong sebelum disimpan harus benar-benar bersih dan kering, kadar air maksimal 10%. Polong kemudian disimpan di dalam wadah yang kedap udara, misalnya plastic dan ditutup rapat. Penyimpanan dapat juga dilakukan dalam bentuk biji kering. Caranya, kupas polong kacang tanah dengan t6angan atau alat pengup[as. Selanjutnya, biji kacang tanah dijemur hingga berkadar air 9% kemudian masukkan dalm wadah yang bersih dan kedap udara.
Wadah biji kacang tanah pada saat penyimpanan tidak boleh langsung menyetuh lantai, tetapi harus diberi atas berupa papan kayu. Gudang tempat penyimpana juag harus selalu dalm keadaan kering dengan sirkulasi udara lancer dan kelembaban rendah untuk mencegah timbulnya jamur. Lantai gudang disemprot terlebih dahulu dengan pestisida atau desinfektan agar biji kacang yang disimpan terhindar dari serangan hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti H, Susilo. 2010. Budi Daya Kacang Tanah dengan Penerapan PTT. Jakarta:Sinar Tani. Edisi 6-12 Januari 2010 No. 3336 Tahun XL.
Buletin Direktorat Budi Daya Aneka Kacang dan Umbi. September 2012.
Siswadi, M.P. 2006. Budi Daya Tanaman Palawija.Yogyakarta: Citra Adi Parama.
Suprapto. 1993. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta: Hal 33p.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Comments
Post a Comment